Chat WA Tanpa Legalitas, Kades Gempolkolot Angkat Suara
KARAWANG // WARTA IN JABAR – Kepala Desa Gempolkolot, Sunardi, akhirnya angkat suara terkait polemik pemberitaan Dana Desa 20 persen tahun 2022 dan 2024 yang sebelumnya mencuat dari salah satu media. Sunardi menegaskan dirinya keberatan atas cara konfirmasi yang dilakukan hanya melalui pesan WhatsApp tanpa identitas dan legalitas resmi sebagai jurnalis.
Polemik bermula ketika Sunardi menerima chat dari seseorang yang mengaku wartawan. Pesan tersebut langsung berisi daftar pertanyaan seputar realisasi Dana Desa—mulai dari anggaran Rp 131 juta untuk kegiatan peternakan tahun 2022 hingga anggaran ketahanan pangan 2024 masing-masing Rp 7,1 juta dan Rp 42,5 juta.
Namun, pengirim pesan tidak memperkenalkan diri, tidak menunjukkan asal media, tidak menyertakan surat tugas, dan tidak memberikan legalitas apa pun.
Sunardi mengaku tidak menolak permintaan klarifikasi, tetapi meminta pihak tersebut datang langsung ke kantor desa agar prosesnya resmi dan disaksikan pihak kecamatan atau unsur terkait.
“Saya minta datang ke desa. Tunjukkan legalitas media resmi. Kita bahas terbuka biar jelas dan tidak ada fitnah. Itu prosedur, bukan menghindar,” ujar Sunardi, Jumat (14/11/2025).
Namun sebelum ada klarifikasi tatap muka, media tersebut justru menerbitkan berita yang menarasikan seolah Sunardi menghindar dan takut membuka data Dana Desa.
“Modal chat WA tanpa identitas lalu bikin berita menuduh saya takut dibongkar? Itu tidak etis dan tidak fair,” tegasnya.
Sunardi menegaskan, permintaan legalitas jurnalis bukan untuk mempersulit, tetapi sebagai bentuk kehati-hatian agar klarifikasi berjalan resmi, akuntabel, dan tidak dipelintir.
“Saya siap memberi klarifikasi kapan saja, asalkan prosedurnya benar. Saya tidak pernah menolak,” ujarnya.
Dengan ini, Sunardi meminta semua pihak—terutama media—menjunjung etika jurnalistik, melakukan klarifikasi sesuai aturan, dan menjaga profesionalitas dalam penyajian informasi kepada publik.































