28.1 C
Jakarta
Kamis, Agustus 7, 2025

Wartawan Investigasi

Pencari Bukti Yang Tersembunyi

Studi Ungkap Perbedaan Pola Likuiditas dan Profitabilitas PT Astra dengan Perusahaan LQ45

Wartain Banten | Artikel | 6 Agustus 2025 — Sebuah studi komparatif terbaru mengungkap perbedaan menarik dalam pola hubungan antara likuiditas dan profitabilitas perusahaan manufaktur Indonesia. Penelitian yang menganalisis data dari perusahaan-perusahaan terdaftar di indeks LQ45 dan PT Astra International Tbk menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan besar memiliki pola kinerja keuangan yang sama.

Temuan Mengejutkan di Balik Angka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio (CR) – indikator kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendek – memiliki dampak yang berbeda terhadap Return on Equity (ROE) atau tingkat pengembalian investasi pemegang saham.

Pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ45 periode 2019-2022, CR terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap ROE dengan tingkat signifikansi 0,003. Artinya, semakin tinggi kemampuan likuiditas perusahaan, semakin baik pula tingkat profitabilitasnya.

Namun, pola berbeda justru terlihat pada PT Astra International Tbk. Meski merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, analisis data periode 2014-2023 menunjukkan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE dengan p-value 0,579.

Data Menunjukkan Realitas Beragam

Perbandingan statistik mengungkap fakta menarik:

Perusahaan LQ45 Manufaktur (2019-2022):

  • CR berkisar 0,61 – 4,45 dengan rata-rata 2,07
  • ROE berfluktuasi dari 4,37% hingga 147,92%
  • Standar deviasi ROE mencapai 21,31, menunjukkan volatilitas tinggi

PT Astra International (2014-2023):

  • CR lebih stabil di rentang 112,63 – 154,43
  • ROE relatif stabil antara 9,50% – 18,41%
  • Standar deviasi ROE hanya 2,80, menunjukkan konsistensi

Implikasi Strategis untuk Manajemen

Siti Nurhasanah, penulis penelitian ini, menekankan bahwa temuan ini memiliki implikasi penting bagi strategi keuangan perusahaan. “Perusahaan perlu mempertahankan likuiditas pada level yang ideal, tidak boleh terlalu tinggi maupun rendah,” ungkapnya.

Rasio likuiditas yang terlalu tinggi bisa mengindikasikan inefisiensi penggunaan modal, sementara rasio yang terlalu rendah berpotensi mengganggu stabilitas operasional perusahaan.

Tantangan dalam Era Modern

Penelitian ini mengangkat isu relevan di tengah dinamika ekonomi Indonesia. PT Astra, sebagai konglomerat dengan bisnis mulai dari otomotif hingga jasa keuangan, menghadapi kompleksitas pengelolaan keuangan yang berbeda dibanding perusahaan manufaktur fokus tunggal.

Trade-off Theory dalam keuangan perusahaan menjelaskan bahwa perusahaan harus mencari keseimbangan optimal antara likuiditas dan profitabilitas. Terlalu banyak menyimpan aset likuid tanpa investasi produktif akan menurunkan potensi keuntungan jangka panjang.

Rekomendasi untuk Stakeholder

Bagi investor dan analis, penelitian ini menyarankan pendekatan analisis yang lebih komprehensif. ROE sebaiknya tidak hanya dilihat dari perspektif CR, tetapi juga mempertimbangkan efisiensi penggunaan aset, struktur modal, dan konteks sektor operasi perusahaan.

Untuk penelitian masa depan, direkomendasikan melibatkan variabel tambahan seperti Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO), ukuran perusahaan, dan tingkat pertumbuhan penjualan untuk gambaran yang lebih utuh.

Kesimpulan

Studi ini membuktikan bahwa “one size doesn’t fit all” dalam manajemen keuangan perusahaan. Setiap perusahaan memiliki karakteristik unik yang memerlukan strategi keuangan tersendiri, bahkan dalam industri yang sama.

Bagi dunia usaha Indonesia, temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi spesifik perusahaan, bukan hanya mengikuti praktik umum industri.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan akademik sekaligus panduan praktis bagi pengambilan keputusan keuangan perusahaan di Indonesia.(WartainBanten)

Berita Terkait

Syarifin .
Syarifin .
Jurnalis Keagamaan