Beberapa waktu lalu, Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep, menggelar forum strategis bertajuk Pertemuan Validasi Data Sasaran dan Cakupan Penemuan Kasus.
Dikesempatan itu peserta diajak mengevaluasi capaian program selama tahun 2024, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi, serta merancang pendekatan baru untuk menyongsong tantangan di tahun mendatang.
Topik yang dibahas mencakup evaluasi program surveilans dan imunisasi, penanganan anak Zero Dose, penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), komunikasi risiko, serta verifikasi data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Termasuk pula isu penyakit menular baru yang terus berkembang.
Waktu itu Kepala Dinkes P2KB Sumenep, drg. Ellya Fardasyah menyampaikan, bahwa kegiatan tersebut bukan sebatas pertemuan formal biasa. Ia menyebut validasi data sebagai elemen vital dalam membangun fondasi kebijakan kesehatan yang tepat dan efektif.
“Yang kita bahas ini bukan sekadar deretan angka, melainkan dasar dari arah kebijakan. Data yang presisi akan menunjukkan titik-titik rawan kesehatan yang butuh penanganan. Ini adalah cara kita mengantisipasi kemungkinan krisis kesehatan sebelum terjadi,” ujar dr.Ellya.
Menyikapi hal itu,Zhama’on salah satu aktivis yang getol mempelototi kebijakan pemerintah Sumenep,menilai bahwa apa yang telah dilakukan oleh dr.Elliya itu merupakan langkah tepat untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi permasalahan untuk menentukan efektivitas arah kebijakan,
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan tersebut,menyatukan keberagaman sosial-budaya di Sumenep untuk mendeteksi lebih awal titik rawan dan sekaligus menentukan cara penanganannya,” ujar Zhama’on,
Selasa(03/06/25).
“Tak bisa dipungkiri, geografis Sumenep yang terdiri dari banyak pulau memang membutuhkan pendekatan kesehatan yang lebih fleksibel,jadi perumusan strategi bersama sangat diperlukan untuk membangun kebijakan kesehatan yang lebih tepat dan efektif, Bravo Dinkes P2KB Sumenep”,ungkapnya penuh semangat.
Untuk diketahui,acara yang berlangsung selama dua hari di Hotel Myse Sumenep itu,dihadiri oleh 300 peserta,yang terdiri dari para kepala puskesmas, dokter, bidan koordinator, perawat koordinator, serta petugas surveilans dan imunisasi dari desa maupun pondok pesantren.(hrs)