Surabaya, warta.in – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Jawa Timur menyatakan sikap tegas dan lantang mengecam aksi biadab yang dilakukan oleh dua individu yang mencatut nama aktivis mahasiswa demi kepentingan pribadi. Peristiwa ini terjadi pada Sabtu malam, 19 Juli 2025, di kawasan Prapen, Surabaya, di mana Unit II Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim berhasil menangkap dua pelaku berinisial SH dan SF atas dugaan pemerasan terhadap Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur.
Modus keduanya sangat jelas: menuntut uang sebesar Rp50 juta dengan ancaman akan mengerahkan 200 massa untuk berdemonstrasi. Aksi ini tak ubahnya upaya pemalakan terselubung, dibungkus kedok aktivisme. Surat pemberitahuan aksi bahkan telah dikirim, dengan rencana aksi digelar Senin, 21 Juli 2025, dari Taman Apsari menuju Kantor Dinas Pendidikan Jatim.
Koordinator BEM Nusantara Jawa Timur, Helvin Rosiyanda Putra, mengecam keras tindakan tersebut:
“Ini bukan lagi soal nama baik mahasiswa, ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai perjuangan. SH dan SF tidak hanya mencoreng wajah gerakan, tapi menjual nama mahasiswa demi kepentingan pribadi. Ini pemerasan murni, bukan aktivisme.”
Helvin menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan kejahatan moral dan kriminal. Tidak ada sedikit pun nilai perjuangan dalam aksi mereka. Mencatut nama mahasiswa untuk menekan institusi pemerintah demi kepentingan pribadi adalah tindakan pengecut yang harus dibongkar ke akar-akarnya.
Informasi yang beredar mengungkap bahwa SH dan SF bukan wajah baru dalam dunia pemerasan. Keduanya diduga telah berkali-kali menjalankan modus serupa terhadap berbagai OPD di lingkungan Pemprov Jatim. Keberadaan mereka menjadi noda hitam yang membahayakan kredibilitas gerakan mahasiswa.
“Kami mendesak aparat penegak hukum untuk bertindak tegas, tanpa ampun, tanpa kompromi. Hukum harus menjadi panglima dalam membongkar jaringan pemeras berkedok aktivis ini. Jangan beri ruang bagi pengkhianat gerakan!” tegas Helvin.
BEM Nusantara Jawa Timur juga menyerukan kepada seluruh mahasiswa agar tetap menjaga kemurnian perjuangan. Mahasiswa harus bersatu melawan infiltrasi oknum-oknum kotor yang menyusupi gerakan untuk kepentingan transaksional.
“Tidak ada tempat untuk manipulasi, dagang pengaruh, apalagi pemerasan. Gerakan mahasiswa harus kembali ke akar: perjuangan murni untuk rakyat, bukan untuk amplop dan tekanan murahan (tim)