INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

29.8 C
Jakarta
Kamis, November 21, 2024

Bencana Alam Ikut Menari di Hari Jadi Kabupaten Sukabumi

Editorial : Budi Darmawan

Asal ada, asal bapak senang, asal perut kenyang dan asal penegak hukumnya kebagian jatah. Kena getahnya warga ketiban bencana

Memperingati hari jadi atau hari ulang tahun (HUT), lazim dilaksanakan dengan hiburan pada puncaknya. Seperti peringatan HUT Kabupaten Sukabumi yang Ke-152 pada 10 September 2022 lalu.

Pawai kendaraan hias dari semua instansi organisasi perangkat daerah (OPD) ikut ambil bagian. Serentetan acara hiburan lainya menjadi tontonan di pusat Ibukota Kabupaten Sukabumi Palabuhanratu.

Ditengah gemuruh riuhnya pesta perayaan, berita pilu bencana alam terjadi di beberapa kecamatan. Banjir bandang, tanah longsor, rumah ambruk, pohon tumbang, tanggul jebol hingga bencana kebakaran.

Dalam Tiga bulan ini, sedikitnya terdapat 3-5 laporan terjadi bencana disejumlah titik di wilayah Kabupaten Sukabumi yang diterima redaksi Warta.in.

Namun sayangnya Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi tidak memberikan rilis akumulasi bencana saat dikonfirmasi melalui WA grup BPBD.

Namun dari laporan harian melalui WA grup beberapa wilayah bencana dapat dipetakan sebagai berikut. Wilayah Utara Kecamatan Cicurug, Kabandungan, Kalapanunggal, Cibadak, Caringin, Cisaat dan Gegerbitung. Sedangkan wilayah selatan diantaranya meliputi Jampangtengah, Cidolog, Sagaranten, Ciemas, Surade dan Tegalbuleud.

Acuh tak acuh akan ancaman bencana saat pesta ulang tahun, alasan klasik para pejabat menuding intensitas hujan tinggi.

Ya alasan klasik yang memang masuk akal. Namun menjadi kurang akal dalam perencanaan proyek pembangunan yang tidak belajar dari kondisi dan keadaan alam.

Para pejabat daerah dan wilayah dalam meriahnya pesta tentu tak mau dibilang pahlawan kesiangan yang mudah dikorbankan cuaca ekstrim jadi kambing hitam.

Rasa Nasionalis memang tak boleh pudar. Boleh jadi kita benci penjajahan Belanda 350 tahun. Tetapi kerapkali kita lupa ada hikmah dibalik peristiwa dan bencana.

Tiga setengah abad katanya Belanda menjajah Indonesia. Selama itu pula Belanda mengenal betul iklim alam Indonesia.

Mengantisipasi intensitas hujan tinggi bisa kita lihat dari arsitektur gedung beratap tinggi yang dibangun Belanda. Bendungan dan saluran irigasi termasuk drainase perkotaan di buat kokoh.

Mesk saat Belanda tinggal di Indonesia termasuk di Sukabumi saat itu kepadatan penduduk tidak seperti saat ini. Demikian pula pohon dan hutan masih belantara. Namun mereka sangat memperhatikan arsitektur kualitas bangunan yang disesuaikan dengan iklim sekitar dan tak pernah mengenai spesifikasi teknis.

Indonesia sudah 77 tahun merdeka. Sedangkan 152 tahun Kabupaten Sukabumi berdiri. Semangat membangun nampak tinggi namun sayang seribu sayang pembangunan terkesan asal asalan.

Asal ada, asal bapak senang, asal perut kenyang dan asal penegak hukumnya kebagian jatah. Kena getahnya warga ketiban bencana.

Waspada daerah resapan air wilayah Sukabumi Utara berkurang karena ada proyek jalan tol. Wilayah selatan eksploitasi bukit dan gunung untuk pabrik.

Cuma mengingatkan Sukabumi terletak di dua lereng dan lembah Gunung Gede dan Gunung Salak. Peningkat jumlah penduduk dan pemukiman berbanding lurus dengan menyempitnya lahan hijau dan daerah aliran sungai. Waspada bencana.

Latest news
Related news