INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

26.4 C
Jakarta
Jumat, Maret 29, 2024

BNPT Persempit Ruang Gerak Kelompok Radikal Terorisme Menerapkan Skema Pentahelix

Warta Indonesia | Palembang – Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafly Amar yang diwakilkan Kolonel Pas Drs. Sujatmiko Kasubbid Kontra propaganda BNPT sebagai narasumber kegiatan Forum Grup Diskusi oleh DPD Mahasiswa Pancasila (MAPANCAS) Sumsel, Minggu (27/02/2022).

Bertempat di Gedung Grand Atiyasa Convention Center Palembang yang beralamat di Jalan Kapten A. Anwar Arsyad, Kecamatan Ilir Barat I Palembang dengan mengusung tema “Pentingnya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme Bagi Generasi 5.0”.

Kolonel Pas Drs. Sujatmiko menjelaskan, bahwa saat ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menerapkan skema pentahelix pada tahun 2022. Skema ini digunakan untuk mencegah dan menanggulangi aksi terorisme serta radikalisme.

“Konsep pentahelix menggunakan seluruh potensi dalam membentuk kekuatan nasional melawan ideologi radikalisme dan terorisme. Melibatkan lima unsur, yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media,” ujar Sujatmiko.

“Konsep (pentahelix) ini saya optimistis berjalan dan berhasil. Gagasannya sudah cukup dan sudah seharusnya,” katanya.

Kolonel Sujatmiko menilai konsep pentahelix memiliki banyak kelebihan, di antaranya berperan menghubungkan kelima komponen penting di masyarakat. Hal tersebut diharapkan mampu mempersempit ruang gerak kelompok radikal terorisme.

“Jadi memang bagusnya lima komponen pentahelix itu nyambung dan bisa bersinergi satu sama lain sehingga ruang gerak dari kelompok radikal terorisme akan semakin sempit,” tuturnya.

Kasubbid Kontra Propaganda BNPT ini mengamati pola pergerakan kelompok radikal terorisme secara masif dapat masuk ke dalam berbagai sektor vital, seperti pemerintahan maupun lembaga pendidikan.

“Mereka (teroris) ini militan, ekstrem dan totalitas selama 24 jam dalam seluruh aktivitasnya. Mereka menyusup dan berstrategi masuk ke berbagai lini, termasuk ke lembaga negara, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan, dan sebagainya,” jelasnya kepada wartawan.

Fakta bahwa kelompok radikal menyusup hingga ke lingkungan pendidikan, menurut dia, juga bukan hal baru dalam studi bidang terorisme. Dia mengatakan hal tersebut berkaitan dengan energi dari kelompok radikal yang besar mewujudkan misi jangka panjangnya.

Meskipun berdasarkan data jumlah kelompok radikal ini masih minoritas, lanjutnya, namun hal itu tetap penting untuk mewaspadai kelompok tersebut.

“Meskipun mereka cuma kelompok sempalan, tapi kalau dibiarkan tentunya bisa membesar dan menjadi masalah serius dapat membahayakan keberlangsungan bangsa. Harus terus diwaspadai, jangan sampai dibiarkan,” tandasnya.(Suherman)

Latest news
Related news