INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

28 C
Jakarta
Kamis, November 7, 2024

Dokter Tifa “Saat ini berpotensi membuat keadaan sama dengan krisis 1998”, Pernyataan menyesatkan

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2022 Jauh Lebih Baik Imbas dari Percepatan Pemulihan

Oleh : Prabu Santoaan Nusakerta, Aktivis 1998, Sekjen PPJNA 98

JAKARTA || Warta In – Menyimak apa yang disampaikan Dokter Tifa bahwa krisis yang dialami saat ini karena presidennya betul betul meremehkannya.

Kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini berpotensi membuat keadaan Indonesia sama dengan krisis tahun 1998 atau bahkan lebih mengerikan dari tahun itu.

Diperparah karena kinerja presiden tidak memikirkan solusi untuk rakyat secara maksimal. (Terkini.Id, 24/04/2022).

Pernyataan Dokter Tifa tersebut sangat subjektif mengada ngada lebih pernyataan provokasi bertolak belakang dengan fakta dan data kondisi riel dilapangan.

Beda Jauh Krisis 1998 Vs 2020 – 2022

Harus diperhatikan “Indonesia pernah mengalami dua kali krisis ekonomi yang dipengaruhi kondisi perlambatan global pada 1998 dan 2008.

Analisis komprehensif dan implementasi manajemen risiko yang tepat dibutuhkan agar tidak keliru dalam strategi penyelamatan ekonomi nasional. Kondisi ekonomi 2020 sampai sekarang memiliki kesamaan dan perbedaan dengan 1998.

Aspek perbedaan di antaranya penyebab krisis, fundamental ekonomi, dan strategi pemulihan serta aspek politik yang menyangkut kepercayaan pasar dan masyarakat.

Faktor utama penyebab krisis 1998 adalah krisis keuangan regional Asia akibat utang masif swasta yang jatuh tempo. Terjadi rush money akibat ketidakpercayaan pasar dan dunia usaha.

Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan kondisi memprihatinkan. Pertumbuhan PDB minus 13,7% yoy (PDB berkisar Rp955,63 triliun), rasio utang negara 57,7% terhadap PDB.

Krisis moneter malah berujung krisis politik dan kepercayaan. Kepercayaan
masyarakat, terutama mahasiswa, terhadap Soeharto berada pada titik nadir.

Sejumlah menteri Kabinet Pembangunan VII juga menyampaikan mosi tidak percaya. Mundurnya sejumlah menteri bidang perekonomian memaksa Soeharto lengser keprabon dan diganti BJ Habibie pada Mei 1998.

Strategi penyelamatan krisis 1998 melalui bail out dalam bentuk Bantuan Likuiditas Bank Indonesia terhadap 16 Bank senilai total Rp670 triliun hingga mereformasi UU kebebasan pers dan kebebasan HAM.

Soeharto dipaksa bertekuk lutut menandatangani Letter of Intent dengan IMF terkait pemberian paket bantuan (pinjaman) multilateral bertahap senilai US$43 miliar melalui Memorandum of Economic and Finance Policies.

Kondisi krisis ekonomi 1998 sangat buruk pada manajemen penanganan dan birokrasi yang sarat korupsi. Kurs rupiah terhadap dolar AS anjlok hingga 254% yoy dari level Rp3.030 (September 1997) ke level Rp10.725 (September 1998), bahkan menembus level Rp16.000. Tingkat inflasi 78,2% (Agustus 1998)

Krisis ekonomi 2020 – 2021 disebabkan pandemi Covid-19. Dampak krisis bersifat multidimensional mencakup krisis kesehatan (banyaknya korban berjatuhan), krisis ekonomi (perlambatan bisnis dan investasi) sampai krisis politik (perbedaan tajam dan rivalitas di antara negara negara dunia).

Masih terdapat sejumlah aspek positif untuk mendorong percepatan pemulihan. Nilai PDB per Mei 2020 mencapai Rp16.386,94 triliun, rasio utang negara 32,09% terhadap PDB.

Nilai tukar rupiah relatif stabil pada level Rp 14.230-Rp 16.644 per dolar AS per Maret-Juni 2020, SBI pada level 4,0%-4,5% dan inflasi 3,2%-3,5%.

Tingkat kepercayaan pasar dan masyarakat terhadap Jokowi-Amin masih terjaga.

Kemenkeu RI memproyeksikan pada akhir 2020 outlook pertumbuhan PDB Indonesia antara minus 1,1% sampai 0,2% yoy. Strategi pemulihan perlambatan ekonomi dilakukan dengan menjaga daya beli masyarakat serta stabilitas nilai tukar rupiah.

Pemerintah masih akan menggelontorkan paket stimulus terkait pemulihan ekonomi nasional pada 2021 sebesar Rp356,5 triliun, menurun dibandingkan dengan Rp695,2 triliun (2020).

Kebijakan itu sudah tepat terutama stimulus untuk pelaku usaha UMKM.
Pelajaran berharga setiap krisis adalah kesempatan melakukan pembenahan
manajemen risiko.

Evaluasi, inovasi dan memperkuat ketahanan menjadi kunci sukses pada resesi ekonomi era 2020 akibat pandemi. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan wajib berjalan dalam satu koridor arah visi yang sama dalam upaya pemulihan ekonomi dan bisnis pascapandemi (Bisnis com, 25/09/2020).

Kondisi Perekonomian 2021 – 2022

BADAN Pusat Stastistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi tahun 2021. Patut kita syukuri pada triwulan IV 2021, ekonomi kita menunjukkan kinerja yang membaik. Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2021 tumbuh sebesar 5,02 persen (year on year).

Sedangkan secara kumulatif perekonomian Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69 persen. Pencapaian ini meskipun masih dibawa harapan kita di level 4 persen, namun posisinya cukup baik sebagai modal kita meraih target pertumbuhan ekonomi minimal 5,2 persen pada tahun ini.

Naiknya harga komoditas dunia apalagi menjadi produk andalan Indonesia seperti kelapa sawit, batubara dan minyak bumi menjadi berkah ekonomi kita tahun lalu. Akibat kenaikan itu kinerja ekspor kita terdongkrak sangat baik, dan terus mempertahankan kinerja neraca perdagangan pada zona surplus.

Lembaran tahun 2022 kita buka dengan kenaikan Covid-19 akibat merebaknya varian omicron. Meskipun varian omicron dianggap tidak segawat varian delta, namun tingginya lonjakan penderita Covid-19 akibat omicron patut kita waspada karena dapat menganggu momentum perbaikan ekonomi di tahun 2022.

Mungkin karena dianggap tidak berbahaya, mobilitas masyarakat tampaknya tetap tinggi, meskipun pemerintah telah menaikkan status pembatasan sosial di Jakarta. Di satu sisi mereka membutuhkan pemulihan ekonominya, setelah dua tahun dihantam pandemi. Justru karena situasi seperti inilah kita harus waspada ledakan pandemi makin tinggi, dan kita waspada terhadap kondisi kesehatan masyarakat.

Ketidakmenentuan ekonomi global sangat berpotensi mengoreksi harga komoditas ekspor andalan kita. Booming harga komoditas pada tahun ini belum tentu bisa bertahan. Pemerintah perlu waspada dalam mengantisipasi jika suatu saat harga komoditas ekspor andalan kita mengalami windfall.

Kita jangan terlena dengan kondisi tersebut. Situasi ini perlu diwaspadai mengingat masih ada ketidakpastian yang membayangi dalam jangka menengah, terutama kondisi perekonomian beeberapa negara besar, seperti China dan Amerika Serikat, termasuk ketegangan kawasan di Ukraina

Membaiknya tingkat konsumsi rumah tangga menjadi momentum bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan investasi, terutama pada sektor properti, otomotif, elektronika dan wisata domestik. Terlebih lagi pemerintah telah membuka karpet merah investasi melalui penyediaan berbagai kawasan ekonomi khusus, baik untuk sektor industri, olah raga, wisata, dan sejumlah sektor lain.

Tahun ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk memaksimalkan kinerja berbagai kawasan khusus tersebut.

Indonesia akan menjadi tuan rumah beberapa event besar dunia. Pada Maret 2022 Sirkuit Mandalika, Lombok akan menggelar balapan Moto GP. Balapan kelas dunia ini akan meningkatkan panggung wisata Indonesia, kombinasi wisata olah raga, alam, dan kuliner. Peluang besar yang perlu dipersiapkan dengan baik oleh pemerintah untuk mendongkrak sektor pariwisata yang dua tahun ini lesu.

Selain gelaran Moto GP, pada Oktober 2022 Indonesia akan memimpin pertemuan G20 di Bali dan Jakarta. Mandat Presidensi G20 yang diterima Indonesia, disertai dengan berbagai forum G20 di Indonesia dapat menguatkan langkah Indonesia memainkan peran ekonomi strategis pada level global. Mengingat skala ekonomi Indonesia ditopang oleh para pelaku UMKM, melalui forum G20 inilah pemerintah perlu mengikat kerjasama global yang memberikan leverage bagi pelaku UMKM di Tanah Air (Said Abdullah, Kompas 14/02/2022).

Kesimpulan Cara Berpikir Dokter Tifa Ngawur

Kesimpulan dan cara berpikir Dokter Tifa tidak benar tidak bisa disamakan krisis 1998 dengan krisis 2020 – 2022 akibat pandemi Covid 19. Malahan kondisi hari ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan 1998.

Justru berkat kepemimpinan Jokowi telah mampu membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat pandemi, dengan melakukan terobosan memperhatikan masyarakat miskin yang terdampak Covid 19, terobosan dalam hal meningkatkan daya beli masyarakat dengan berbagai kebijakan stimulus ekonomi sehingga hari ini pada tahun 2022 bisa dirasakan kondisi perekonomian Indonesia semakin mengarah lebih baik bila dibandingkan negara negara lain didunia yang kondisi lebih parah dari Indonesia akibat pandemi Covid 19 terlebih akibat dampak perang Rusia – Ukraina.

Pernyataan Dokter Tifa hanya mimpi disiang bolong pernyataan murahan provokasi semata semakin memperlihatkan rendahnya kualitas intelektual dan cara berpikirnya.

Rakyat sudah semakin cerdas bisa memilih dan memilah pernyataan mana yang cerdas dan layak diikuti untuk kemajuan bangsa dan negara.

Semoga Allah Tuhan YME selalu memberikan petunjuk dan melindungi seluruh rakyat Indonesia dari provokasi yang menyesatkan. Amiin YRA.

 

Latest news
Related news