INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

32.5 C
Jakarta
Kamis, April 25, 2024

Gila! Tergila gila

Sekretaris PWI Kabupaten sukabumi Budi Darmawan

Oleh Budi Darmawan

Ah Memang Gila.
Orang gila di lampu penyeberangan
Jam dua malam
Lewat pada saat lampu sedang merah
Tepat ditengah tengah zebra cross

Begitulah salah satu lirik lagu Iwan Fals yang berjudul Orang Gila.
Boleh jadi kita sering memandang orang gila itu hanya sebatas sampah dan bahan untuk diperolok-olokan.

Disudut pasar, orang gila teriak – teriak semangat juang, memaki-maki koruptor. Sesekali dia takbir.

Di trtotoar, orang gila mesem – mesem sambil mengelus elus gembolanya.
Di tong sampah ada lagi orang gila memungut sisa makanan, lalu dimakannya sambil komat kamit.

Apapaun tingkah orang gila tersebt tetatap saja dipandang gila. Betapa tidak? Sosok orang gila selalu dipandang bak sampah menjijikan. Dengan pakaian kummel dan gembolan lusuhnya, menghalangi kelokan pernak – pernik pemandangan setiap lorong pemandangan kota.

Seakan menjadi buntu hampir seluruh orang termasuk para pemangku kebijakan yang nota bene mengaku waraspun nampaknya kehabisan akal, mengatasinya.
Pikir cepat daripada kena damprat majikan, diangkutlah mansia dianggap sampah itu keatas truk dibuangnya ditengah jalan kota tetangga.

Dari kota tetanggapun berfikir demikian. Seakan taka da habis habisnya permasalahan ini. Ibarat mengejar bola mengocek lawan tanpa tiang gool.

“Gila itu negara tetangga, seenaknya saja membuang orang gila ke tempat kita. Coba bersihkan lagi terserah kalian,” keluh pejabat tetangga.

Tettangga lainyapun berkeluh sama. “Benar –benar gila!”

Seorang teman datang ke-rumah, sambil menemani ngopi. Ia mengatakan, gila para politisi teriak – teriak orasi menjual kemiskinan lalu, memakan uang rakyat miliaran rupiah.

Lama berckap sambil menikmati udara pagi yang sejuk selepas hujan semalam ditemani kopi pekat, kami tak habis memabhas orang gila. “Memang bahasan pagi yang gila. He..he..hehhhh…”

Gila memang. Banyak orang tergila – gila tahta jabatan dan kedudukan. Habis duit gila – gilaan.

“Si Pulan tuh habis ratusan juta mencalonkan jadi kades. Temennya lebih gila lagi. Mencalonkan jadi walikota/bupati habis miliyaran, eh gak kepilh. Sekarang dia beneran jadi gila,” katanya.

Pandemi Covid -19 yang tak tahu kapan berakhir. Lebih dari setahun kasus peningkatannya semakin menggila. Antara fakta dan maya saling tuding menghiasi dinding platform media sosial.

Faktanya ada ribuan terpapar di rumah sakit rumah sakit. Satgas Covid 19 melakukan berbagai cara, pengananan, pencegahan dan pemutusan rantai Covid 19.

“Ada faktanya juga dikala covid menggila, beberapa pejabat berman gila. Kok bisa sempat sempatnya nilep dana Covid?” ujar teman sambil nyeruput kopi hitam yang nyaris tinggal ampasnya.

Berita tentang Covid 19 memang menjemukan. Apalgi adanya kebijakan pembatasan sosial atau lock down. “Alih – alih sebagai bukti tugas, ah cukup bukti swafoto saja membagi masker dijalan. Padahal di pojokan sana banyak orang berkerumun. Yang penting ada bukti foto cari. Buktinya penyekatan jalan, masih ada jalan tikus,” ujarnya.

“Biarlah para oknum bermain gila dengan wabah. Toh orang gila sekalipun makan dari tong sampah tak kena wabah. Benar juga orang gila tak merapas hak orang waras”.

Namun kita sebagai orang yang beriman tentu harus menjaga keimanan. Seperti tidak makan hak orang, tidak memaksa, saling membagi, iktiar dan berdo’a. Tentunya akan menjaga kebersiah sebagain daripada iman.

Menutup obrolan sangteman mengingatkan, “Ini musim gila bola hati – hati nonton jangan pakai emosi, nanti sters imun menurun. Apapun hasilnya yang untung bandar judi bola.” Sambil mengusap kumis yang disinggahi ampas kopi.

Imam Syafi`i mengtakan pada seorang kawannya, “Kegilaanmu itu gila dan kamu tidak akan menemukan seorang dokter pun ynag dapat mengobai kegilaan yang gila.

Latest news
Related news