Warta.in-Mukomuko, Bengkulu
Ketidakpastian yang melilit ratusan tenaga honorer non-database di Kabupaten Mukomuko kembali memantik kegelisahan yang mendalam di tengah masyarakat. Nasib mereka yang telah lama mengabdikan waktu dan tenaga untuk pelayanan publik masih menggantung di udara, karena keputusan akhir dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) belum disertai aturan atau petunjuk teknis yang jelas sebagai dasar penetapan status, Senin 8 Desember 2025
Situasi ini membuat para honorer tersebut merasa terjebak dalam ruang abu-abu yang tak berujung. Tanpa kepastian masa depan, mereka menjalani hari-hari dengan keraguan – meskipun tugas yang ditanggung tidak kurang berat dari rekan-rekan yang memiliki status tetap. Setiap hari, mereka muncul di kantor, melayani masyarakat, dan menyelesaikan pekerjaan, namun tanpa jaminan apakah kedepannya mereka akan terus menerima honorarium atau bahkan mendapatkan status yang lebih pasti.
Di tengah kegelisahan yang semakin membesar, dorongan agar pemerintah daerah mengambil langkah lebih tegas dan cepat semakin menguat. Suara terkuat datang dari kalangan pemuda, yang melihat masalah ini sebagai bentuk ketidakadilan yang harus segera diselesaikan. Tokoh Pemuda Mukomuko, Weri Trikusumaria, secara tegas menilai bahwa Bupati Mukomuko perlu mempertimbangkan penggunaan hak diskresi sebagai solusi sementara yang dapat mengurai persoalan yang terus berlarut-larut ini.
“Kami berharap bupati mampu menimbang opsi diskresi untuk menyelesaikan masalah tenaga honorer non-database. Mereka sudah terlalu lama mengabdi, tetapi statusnya belum jelas karena masih menunggu keputusan pusat,” ungkap Weri dengan nada tegas yang penuh perhatian.
Menurutnya, selama ini proses yang berjalan hanya sebatas pemantauan administratif yang tidak menghasilkan kemajuan. Tidak ada langkah langsung atau pendekatan intensif yang dapat mempercepat jawaban dari pemerintah pusat. Kondisi ini dinilai hanya membuat para honorer semakin terjebak dalam lingkaran ketidakpastian tanpa arah yang jelas. Mereka menunggu, dan menunggu lagi – sementara waktu terus berlalu, dan kebutuhan hidup mereka tidak pernah berhenti.
Weri juga menegaskan bahwa pemerintah daerah seharusnya tidak hanya bergantung pada surat-menyurat yang berlarut-larut dan memakan waktu banyak. Menurutnya, cara semacam itu hanya memperlama proses dan tidak memberikan solusi nyata bagi para honorer yang sedang kesulitan.

“Ia menilai perlunya koordinasi langsung, semisal melakukan pertemuan tatap muka dengan KemenPAN-RB atau bahkan membawa perwakilan honorer non-database untuk menyampaikan kondisi di daerah. Kalau hanya bersurat, tentu kita menunggu balasan. Pertanyaannya, apakah tidak ada upaya untuk bertemu langsung? Atau pemerintah daerah membawa perwakilan tenaga honorer non-database ke kementerian agar masalah ini benar-benar didengar,” jelasnya.
Selain mendesak bupati, Weri juga meminta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mukomuko ikut mengambil sikap yang tegas. Menurutnya, lembaga legislatif memiliki peran penting terutama terkait anggaran, termasuk kemungkinan penyediaan dana untuk membiayai honorarium para tenaga non-database jika keputusan diskresi diterapkan.
“DPRD harus terlibat mendorong bupati agar menggunakan diskresi. Mereka punya peran strategis, terutama terkait anggaran gaji honorer non-database. Jangan sampai DPRD hanya menonton dari kejauhan, sementara para honorer yang telah bekerja keras terus terpuruk dalam ketidakpastian,” tambahnya.
Di akhir pernyataannya, Weri mengingatkan bahwa tenaga honorer non-database bukan sekadar barisan angka yang tercatat di laporan pemerintah. Mereka adalah manusia yang memiliki keluarga, kebutuhan, dan harapan. Setiap hari, mereka menjalankan tugas demi kesejahteraan masyarakat, tanpa memandang status yang belum jelas.
“Ini tentang manusia, bukan sekadar data. Jangan biarkan mereka hidup dalam ketidakpastian yang terus-menerus. Kami hanya meminta pemerintah daerah hadir sepenuhnya untuk mereka – memberikan perlindungan, jaminan, dan rasa hormat yang pantas atas kontribusi mereka selama ini,” tutup Weri dengan nada yang penuh emosi dan harapan. (HD)



























