Ketua Pembina Yayasan Hang Tuah Buka Seminar Nasional Dalam Rangka HUT Ke-79 Yayasan Hang Tuah
Jakarta,(16/12/25).
Berbagai kegiatan bernuansa pendidikan di gelar oleh Panitia HUT Ke-79 Yayasan Hang Tuah, tidak ketinggalan hari ini Selasa,(16/12/25) Yayasan Hang Tuah menggelar Seminar Nasional Dalam Rangka HUT Ke-79 yang di buka oleh Ketua Pembina Yayasan Hang Tuah Ny. Fera Muhammad Ali berlangsung di Ballroom Wisma Elang Laut, Menteng Jakarta Pusat.
Ketua Panitia Seminar Nasional Drs. Hamidi, S.Sos., M.Kom dalam laporannya kepada Ketua Pembina mengungkapkan bahwa Seminar ini merupakan salah satu bentuk refleksi dan komitmen kita dalam menjawab tantangan pendidikan abad ke-21, sekaligus menghormati perjalanan panjang Yayasan Hang Tuah selama 79 tahun.
79 tahun adalah usia yang penuh kearifan. Sejak berdiri, Yayasan Hang Tuah telah mengukuhkan identitasnya sebagai lembaga pendidikan yang berjiwa bahari, dengan semangat “Jalesveva Jayamahe” , Di Laut Kita Jaya dan semboyan Semangat, Hebat dan Smart. Laut bukan sekadar ruang geografis, tetapi metafora dari kehidupan: luas, penuh dinamika, dan menuntut ketangguhan.
Seminar ini di ikuti secara zoom : 179 peserta yang berasal dari seluruh Cabang ( Pengawas, Kapeng, Pengurus, Kasatdik : TK, SD, SMP, SMA, SMK) dan peserta offline 150 terdiri dari seluruh jajaran Pengurus Yayasan Hang Tuah, Ketua Pengawas Yayasan Hang Tuah Ny. Ketty Erwin S. Aldedharma, Ketua Pengurus Pusat Yayasan Hang Tuah Ny. Ita Achmad Wibisono, Anggota Pembina Bidang Umum Laksma TNI (Purn) Dr. Ir. Trismadi, M.Si., IPU, Sekertaris Eka Agustina , A.Md, Kabidbang Kol Laut (Purn) Zaenal Abidin Irawan, S.H., M.H, Kabiddik Kol Laut (Purn) Dra. Ririn Susilowati, M.M., CHRMP, Bendahara Dra. Erni Megawati , Pejabat TNI AL terkait dan undangan lainnya
yang hadir di Wisma Elang Laut Menteng Jakarta Pusat.
Ketua Pembina Yayasan Hang Tuah Ny. Fera Muhammad Ali, mengungkapkan dengan Tema “Partisipasi Semesta” mengandung pesan kuat: tidak ada keberhasilan pendidikan tanpa kolaborasi menyeluruh. Tidak cukup hanya sekolah dan guru. Kita membutuhkan peran aktif orang tua, dukungan masyarakat, kemitraan dunia usaha dan industri, serta penguatan sinergi dengan TNI Angkatan Laut sebagai pembina nilai dan karakter bahari.
Bertindak selaku Keynote Speaker pada Seminar Nasional Dalam Rangka HUT Ke-79 Yayasan Hang Tuah, Ny.Fera Muhammad Ali menekankan tiga arah kebijakan utama Yayasan Hang Tuah ke depan :
PERTAMA, penguatan mutu dan profesionalisme pendidik. Guru adalah agen perubahan. Yayasan harus memastikan peningkatan kompetensi berkelanjutan, penguasaan teknologi pembelajaran, serta keteladanan sikap dan karakter.
KEDUA, penguatan ekosistem pendidikan berkarakter bahari. Nilai bahari harus hadir dalam kurikulum, budaya sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, hingga tata kelola satuan pendidikan. Sekolah Yayasan Hang Tuah harus memiliki identitas yang jelas, kuat, dan membanggakan.
KETIGA, perluasan kolaborasi dan partisipasi semesta.
Kita membuka ruang seluas-luasnya bagi mitra strategis—alumni, dunia industri maritim, perguruan tinggi, dan komunitas—untuk berkontribusi nyata dalam peningkatan mutu pendidikan.
Dalam Seminar Nasional kali ini Panitia menghadirkan 2 Narasumber, Prof. Dr. Achmad Tjahaja Nugraha,SP., MP., PIA, CfrA, CACP dan Prof. Maila Husni Rahim, MA.,Ph.D, kedua narasumber tersebut diberi cindera mata oleh Ketua Pembina Yayasan Hang Tuah.
Narasumber pertama Prof. Dr. Achmad Tjahaja Nugraha,SP., MP., PIA, CfrA, CACP menyampaikan materi dengan Tema : “Membangun Masa Depan Maritim Melalui Pemgembangan Kurikulum Kebaharian Holistik Integratif”.
Dari tema tersebut narasumber membagi dalam beberapa pokok materi meliputi :
1. Pendidikan bahari harus menyiapkan generasi yang mampu mengelolanya dengan inovatif dan berkelanjutan.
2. Membangun kembali kesadaran Maritim Di Indonesia ini sumber energi, sumber pangan, tempat lahir budaya Nusantara sangat besar.
3. Talenta sebagai nilai tambah.
4. Indonesia merupakan negara bahari.
5. Tantangan Maritim kita.
6. Siapa yang Akan Mengelola Potensi Besar ini?
7. Peran pendidikan dalam kebaharian menjadi penting
Pendidikan menjadi jembatan yang menghubungkan kekayaan maritim Indonesia dengan kemampuan generasi muda untuk mengelolanya secara berkelanjutan.
8. Kompetensi inti yang harus dimiliki sdm Maritim yaitu Critical Thinking & Problem Solving, Creative Thinking, Communication, Collaboration.
9. Relevansi pendidkan maritim di era digital
Pemasaran digital membuat produk laut dari desa pesisir bisa dijual ke seluruh Indonesia bahkan luar negeri, Industri pengolahan modern membutuhkan skill baru yang lebih profesional dan ramah teknologi
10. Peluang baru untuk generasi baru Maritim
Pengolah data kelautan, Pengembang aplikasi maritim, Content creator wisata bahari, Desainer produk olahan laut & bioteknologi sederhana, UMKM laut dengan pemasaran digital (digital marketer produk maritim/pesisir), Pemandu wisata snorkling/diving bersertifikat.
11. Cara pandang generasi dibentuk oleh Pendidikan
12. Kekurangan kurikulum kita yaitu hanya fokus pada akademis karena belum selalu kontekstual, tidak memasukan potensi lokal, Laut hanya dijadikan objek cerita bukan ruang untuk inovasi.
13. Mengapa Kurikulum Merdeka Relevan untuk Pendidikan Kebaharian?
Ketiga belas pokok materi, narasumber Prof. Dr. Achmad Tjahaja Nugraha,SP., MP., PIA, CfrA, CACP mengurai secara komprehensif sehingga mudah difahami peserta seminar.
Pada sesi dua, narasumber Prof. Maila Husni Rahim, MA.,Ph.D menyampaikan materi dengan Tema : “Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Membangun Komunikasi Efektif, Kesehatan Mental dan Budaya Positif di Sekolah “. Beberapa pokok materi di kupas tuntas, antara lain :
Komunikasi adalah “kemudi” yang mengarahkan emosi, relasi, dan perilaku. Ketika kemudi stabil, kelas lebih aman, guru lebih sehat, dan budaya positif lebih mudah tumbuh.
1) Komunikasi yang menenangkan dan menegaskan
2) Kesehatan mental: deteksi dini, dukungan, rujukan
3) Budaya positif: sistem kecil yang konsisten.
4) Keterampilan kecil (mudah dilatih).
Pokok-pokok materi diatas secara detail dijabarkan oleh narasumber sehingga seluruh peserta memahaminya.
Dari Seminar Nasional ini dapat disimpulkan bahwa
1. Salah satu kunci untuk menumbuhkan kesadaran bahari adalah dengan mengintegrasikan pendidikan kebaharian kecdalam sistem pendidikan dengan pertimbangan bahwa pendidikan dan belajar kebaharian di sekolah adalah cara paling signifikan untuk menanamkan nilai-nilai kebaharian di kalangan siswa/generasi muda.
2. Laut memberikan kita banyak pelajaran tentang keluasan, ketangguhan, dan keberlanjutan, sementara pendidikan memberi kita kemampuan untuk mengelolanya dengan bijaksana. Generasi muda hari ini memiliki kesempatan besar untuk menjadi penerus kejayaan maritim Indonesia, bukan lagi sekedar sebagai pelaut tradisional, tetapi sebagai inovator yang memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kreativitas. Ketika pendidikan mampu menghadirkan laut sebagai ruang nilai dan ruang masa depan, kita bukan hanya membangun kompetensi baru, tetapi juga menumbuhkan kembali identitas bangsa sebagai bangsa bahari.
Dengan dukungan kebijakan yang visioner, pemanfaatan teknologi yang tepat guna, serta kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman, potensi maritim Indonesia dapat berkembang menjadi kekuatan besar yang membawa kesejahteraan luas bagi masyarakat.
3. Dikelas, emosi adalah “cuaca”. Guru menjadi barometer sekaligus jangkar. Komunikasi bukan sekadar kata. Ia adalah “iklim” yang Anda ciptakan. Komunikasi adalah “kemudi” yang mengarahkan emosi, relasi, dan perilaku. Ketika kemudi stabil, kelas lebih aman, guru lebih sehat, dan budaya positif lebih mudah tumbuh (yht/dar).





























