INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

32.8 C
Jakarta
Jumat, Maret 29, 2024

Memaknai Hari Kemerdekaan

Oleh: Dr. H. Mulyawan Safwandy Nugraha, M.Ag., M.Pd.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemerdekaan bermakna keadaan berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) atau kebebasan. Padanan kata bebas ini dalam Bahasa Arab disebut juga al-hurr, dengan bentuk verbanya kebebasan adalah al-hurriyah.

Pemakaian kata ḥurriyah dengan makna ini menurut Muhammad aṭ-Ṭāhir Bin ‘Āsyūr, yang lebih dikenal dengan Ibnu ‘Āsyūr dalam bukunya yang berjudul Uṣūl an-Niẓām al-Ijtimā’iy fī al-Islām, pertama kali digunakan oleh Arab keturunan pada awal abad ketiga belas hijriyah seiring terjadinya revolusi Prancis.

Salah satu penjelasan yang menarik tentang makna Kemerdekaan [Al Hurriyah] dikemukakan oleh Muhammad aṭ-Ṭāhir Bin ‘Āsyūr, yang lebih dikenal dengan Ibnu ‘Āsyūr. Ibu Asyur seorang merupakan ulama besar dan tokoh pembaharu pendidikan Islam Tunisia. Ibnu Asyur adalah sosok terpenting maqāṣid asy-syarīʻah pada era modern.

Ibnu ‘Asyur dalam karyanya “Maqasid al-Syari’ah al-Islamiyah”, memaknai al-Hurriyah dengan dua makna yaitu yang pertama, kemerdekaan bermakna lawan kata dari perbudakan. Kedua, makna metaforis dari makna pertama, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dan urusannya sesuka hatinya tanpa ada tekanan.

Menurut Ibn Asyur, ada beberapa aspek kemerdekaan dan kebebasan yang dikehendaki syariat Islam. Di antaranya, kebebasan untuk berkeyakinan (hurriyyah al-i’tiqad), kebebasan berpendapat dan bersuara (hurriyyah al-aqwal), termasuk di dalamnya kebebasan untuk belajar, mengajar, dan berkarya (hurriyyah al-‘ilmi wa al-ta’lim wa al-ta’lif), lalu kebebasan bekerja dan berwirausaha (hurriyyah al-a’mal).

*Menghayati Makna Kemerdekaan*
Setiap tahun, tepatnya tanggal 17 Agustus, kita memeringati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Juga, tiap tahun diberikan tema khusus untuk menyemangati hari kemerdekaan ini. Pada tahun 2022 ini, tema utamanya adalah pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.

Tema ini diambil dengan harapan agar Indonesia bisa bangkit dari peristiwa yang telah terjadi selama dua tahun, yakni pandemi COVID-19. Wabah COVID-19 telah menimbulkan kecemasan sosial yang tinggi hingga tekanan ekonomi berat bagi rakyat Indonesia. Namun di tengah keterpurukan ini, semua elemen bangsa harus terus bergerak bersama dan bergotong royong untuk mewujudkan harapan baru.

Makna ini juga diharapkan dapat membuat pemerintah dan masyarakat bersinergi mencapai percepatan pemulihan kondisi di semua sektor dan siap bangkit kembali. Hari kemerdekaan tahun ini bertujuan untuk merefleksikan bagaimana nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika mempersatukan bangsa dalam menghadapi tantangan yang ada. Dasar-dasar negara inilah yang menuntun bangsa untuk bersama pulih lebih cepat agar siap menghadapi tantangan global dan bangkit lebih kuat untuk siap membawa Indonesia maju.

Bagi sebuah bangsa, kemerdekaan bukanlah hanya sebatas seremonial atau perayaan yang rutin tiap tahunan. Bagi bangsa Indonesia, kemerdekaan dari penjajah itu adalah sebuah momentum kesadaran bangsa tentang bagaimana menghargai perjuangan, dan bagaimana memanfaatkan kemerdekaan dengan mengisinya untuk tetap menjadi bangsa yang ‘merdeka’.

Sebagai anak bangsa yang tidak langsung berjuang berperang dan mengusir penjajah, patut kiranya mendalami makna kemerdekaan ini dengan penghayatan yang tinggi. Ini merupakan perjuangan seluruh bangsa dan saat ini tanggung jawab untuk menggelar keadilan sosial, kesejahteraan ada di pundak kita masing-masing untuk menuntaskan janji kemerdekaan itu. Janji kemerdekaan itu adalah melindungi dan memajukan kesejahteraan umum.

Dengan memilih untuk merdeka dan menyatakan kemerdekaannya, berarti bangsa Indonesia menyatakan TIDAK pada keterbelakangan, mengatakan TIDAK pada kebodohan, mengatakan TIDAK pada kekurangan gizi dengan melakukan berbagai perjuangan, mengatakan TIDAK pada ketidakadilan sosial.

Kita wajib menjaga agar bangsa ini jangan sampai terpecah belah. Disintegrasi bangsa dapat menyebabkan kehancuran bangsa Indonesia. Selain disebabkan oleh berbagai perbedaan, disintegrasi juga dapat disebabkan karena pengaruh globalisasi.

Dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Muhammad Ridha Iswardhana, globalisasi menyebabkan problematika integrasi seperti berikut:
1. Hilangnya kesadaran untuk bersatu
2. Hilangnya toleransi antar kelompok.
3. Memudarnya semangat nasionalisme masyarakat.
4. Munculnya sikap hedonis dan persaingan yang menyebabkan kecenderungan individualis.
5. Kesenjangan sosial masyarakat yang berakibat pada konflik.
6. Generasi muda semakin apatis terhadap kehidupan masyarakat.
7. Memudarnya gotong royong sebagai kearifan lokal.

Bangsa ini memerlukan anak bangsa dengan jiwa kepemimpinan yang adil, peduli dan moderat (agar dapat melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum), sehat dan cerdas (agar bisa mencerdaskan kehidupan bangsa), dan berakhlak, berintegritas, cinta tanah air, taat hukum, dan memiliki kepedulian sosial (agar bisa ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial).

Dalam rangka itulah, pendidikan dalam segala bentuk, jenis dan formatnya, masih menjadi jawaban untuk melahirkan anak bangsa yang berkarakter dan menjadi pemimpin peradaban bangsa ini. Pendidikan akan mengantarkan manusia pada hakikatnya sebagai manausia. Tentu, pendidikan yang memerdekakan dan memanusiakan manusialah yang akan sampai pada tujuan tersebut.

*Penutup*
Kemerdekaan itu bukan akhir dari perjuangan. Kemerdekaan itu justru awal dari perjuangan itu sendiri. Ya, perjuangan untuk mengisi kemerdekaan yang telah susah payah diperjuangkan. Apa yang harusnya dilakukan oleh generasi berikutnya, telah dinyatakan secara eksplisit dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu: yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Saat ini, kita wajib bersatu, bergotong royong dan secara sinergis membangun kekuatan untuk bangkit dengan cepat dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Kita harus menyudahi segala bentuk peyampaian pendapat di muka umum dan di media sosial secara berlebihan yang dapat menimbulkan kegaduhan dan kericuhan. Kita harus terus menguatkan Semangat persatuan dan kesatuan bangsa dengan meningkatkan sikap toleransi. Kita pun harus bisa menyadapi tentang bahaya dan gangguan dari luar. Di samping itu, penting juga kiranya kita tidak lagi mementingkan diri sendiri (egois).
_‘Alaa kulli hal_, Kita wajib untuk mendorong lahirnya proses kesadaran atau komitmen untuk mewujudkan sebuah pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang memanusiakan, dan berpihak pada murid.

Penulis adalah:

-Direktur Research. and Literacy Institute (RLI)
– Dosen PPs IMN Sukabumi

Latest news
Related news