INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

30.7 C
Jakarta
Minggu, September 8, 2024

Membangun Lupa Diri Kematian Menanti, Waspada Berdiri di Mulut Sesar Cimandiri

Editorial : Budi Darmawan
Pepatah orang tua di tatar Sunda mengatakan : Gawir Kasian, Legok Caian, Datar Imahan (Tebing untuk di tanami pohon, Lembah untuk peliharaan air dan Dataran untuk pemukiman). Itulah hak dari fungsi lahan. Ada hak air, hak tanah, hak pohon dan hak mahluk lainya. Semua punya hak dan fungsi masing masing.

Eforia pemerintah membangun daerah demi prestasi kerap lupa diri. Membangun hal baru melanggar tabu, congkak membangun hal baru lupa menjaga fungsi.

Ya lupa! Kita bediri di kawasan patahan sesar Cimandiri. Sesar aktif sepanjang 100 KM ini mulutnya menganga. Sesar ini punya hak untuk bergerak. Lupa sejarah Sesar Cimandiri yang aktif bergerak.

Melansir geologi.co.id, Sesar ini memanjang dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, lalu mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang.

Mengutip pernyataan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono yang dilansir Kompas TV, gempa bumi di Kabupaten Cianjur dan sekitarnya yang dampaknya sangat merusak terjadi pada tahun 1844. Kemudian pada 1879, 1910, dan 1912.

Daryono menegaskan, sejak penggunaan seismograf, tercatat ada beberapa gempa merusak lainnya di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi yakni:
2 November 1969: gempa bermagnitudo 5,4 menimbulkan banyak korban dan kerusakan;
26 November 1973: menimbulkan kerusakan;
10 Februari 1982: gempa bermagnitudo 5,5 dengan 7 korban luka dan banyak rumah rusak;
12 Juli 2000: gempa bermagnitudo 5,4 mengakibatkan 1900 rumah rusak;
12 Juni 2011: mengakibatkan 136 rumah rusak;
4 Juni 2012: mengakibatkan 104 rumah rusak;
8 September 2012: mengakibatkan 560 rumah rusak;
11 Maret 2020: mengakibatkan 760 rumah rusak;
21 November 2022: gempa bermagnitudo 5,6 mengakibatkan ratusan korban dan ribuan rumah rusak.

Sementara itu Solo Pos melansir hasil penelitian yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2018, sesar ini juga menyebabkan gempa bumi di masa lalu, seperti gempa Pelabuhan Ratu (1900), gempa Padalarang (1910), gempa Conggeang (1948), gempa Tanjungsari (1972), gempa Cibadak (1973), gempa Gandasoli (1982), dan gempa Sukabumi (2001). Dari penelitian tersebut juga diketahui Sesar Cimandiri termasuk tipe sesar naik.

Demikian juga penelitian dari Fakutlas Teknik Geologi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Sesar Cimandiri yang menjadi penyebab gempa bumi Cianjur 5,6 M itu merupakan sesar tua yang terbentuk pada waktu akhir Eosen Tengah atau sekitar 34 juta tahun lalu. Sesar ini aktif hingga menyebabkan terbentuknya ketinggian antara Lembah Ciletuh dan Lembah Cimandiri.

Merujuk hasil penelitian yang dilakukan LIPI menyebutkan, Sesar Cimandiri yang menjadi penyebab gempa bumi Cianjur, Senin (21/11/2022) itu, terbagi menjadi beberapa segmen, yang membentang dari Pelabuhan Ratu hingga Padalarang.

Kemudian, segmen Sesar Cimandiri Pelabuhan Ratu-Citarik, Citarik-Cadasmalang, Ciceureum-Cirampo, Cirampo-Pangleseran, Pangleseran-Cibeber, dan beberapa segmen Cibeber sampai Padalarang, serta segmen Padalarang-Tangkuban Perahu yang dapat diamati sebagai lembah sungai.

Melihat beberapa fakta yang ada, skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010) menyebutkan potensi kegempaan di daerah Sesar Cimandiri ini tergolong besar. Apalagi terdapat catatan-catatan gempa yang pernah terjadi di daerah yang dilalui sesar tersebut.

Semoga data ilmiah sejarah tersebut menjadi catatan agar kita tidak lupa diri. Bahwa kita berdiri di mulut Sesar Cimandiri yang menganga.

Kita tak tahu bencana kapan tiba. Tapi kita wajib tahu penyebab bencana agar selalu waspada.

Latest news
Related news