30.5 C
Jakarta
Kamis, Juli 31, 2025

Wartawan Investigasi

Pencari Bukti Yang Tersembunyi

PENGUMUMAN

spot_img

Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) Digelar, Sumsel Siaga Cegah Karhutla Sejak Dini

Warta In | Palembang. – Upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan (Sumsel) terus dilakukan secara masif, salah satunya melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Dalam dialog interaktif bertema “OMC sebagai Langkah Strategis Cegah Karhutla di Musim Kemarau”, hadir Kepala Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Siswanto, S.T., M.Si dan Kabid Kesiapsiagaan BPBD Sumsel Sudirman, S.K.M., M.Si sebagai narasumber.

Siswanto menjelaskan bahwa OMC merupakan bagian dari mitigasi bencana karhutla di Sumsel, dilakukan dengan merekayasa dinamika atmosfer agar awan berpotensi hujan. “Tujuan OMC di musim kemarau adalah menyemai garam ke awan untuk memicu hujan, khususnya di daerah rawan karhutla seperti lahan gambut,” katanya, Selasa (30/7/2025).

Menurutnya, istilah populer “hujan buatan” lebih tepat disebut modifikasi cuaca karena tetap bergantung pada faktor-faktor seperti ketersediaan awan cumulus, kelembaban relatif (RH), dan arah angin. “BMKG mendukung secara teknis dengan data dari radar cuaca dan satelit untuk menentukan wilayah yang memungkinkan penyemaian,” jelasnya.

Pelaksanaan OMC sesi pertama telah dilakukan pada 13–18 Juli 2025 berdasarkan SK Gubernur Sumsel tentang status siaga darurat kabut asap tertanggal 17 Juni 2025. Target OMC difokuskan di empat kabupaten: OKI, Ogan Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuasin (Muba). Daerah tersebut dinilai memiliki tingkat kekeringan tinggi, lahan gambut luas, dan potensi hotspot terbanyak.

“Setiap hari dilakukan 1–3 kali penerbangan dengan membawa 800 kg hingga 1 ton garam yang disemai dari ketinggian tertentu,” beber Siswanto.

Ia juga menyampaikan, pelaksanaan sesi kedua tengah direncanakan karena potensi awan masih memungkinkan, terlebih puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus–September.

“OMC ini melibatkan kolaborasi lintas lembaga, termasuk BNPB, BPBD, TNI/Polri, KLHK, dan perusahaan swasta. Ini upaya strategis agar Sumsel tak kembali mengalami krisis kabut asap seperti tahun-tahun sebelumnya,” tegasnya.

Sementara itu, Sudirman menambahkan bahwa kolaborasi antarinstansi sangat penting karena keberhasilan OMC sangat ditentukan oleh potensi awan di wilayah target. “Semakin banyak awan, semakin besar peluang hujan dan karhutla bisa dicegah,” jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa beberapa hotspot sudah terdeteksi di OKI, Ogan Ilir, dan sekitar Tol Palembang–Prabumulih. Berdasarkan data, 99% karhutla disebabkan oleh faktor manusia dan sisanya oleh alam seperti angin kencang.

“Oleh karena itu, sosialisasi ke masyarakat sangat penting. Terutama di wilayah gambut, karena jika terbakar sulit dipadamkan kecuali dengan hujan intensitas tinggi,” tambahnya.

Sudirman juga menyarankan peningkatan patroli udara, sistem peringatan dini melalui BMKG, dan pengelolaan lahan terlantar agar memiliki nilai ekonomi. “Kami imbau masyarakat segera melapor jika melihat tanda-tanda kebakaran ke aparat desa, kecamatan, hingga kabupaten untuk ditindaklanjuti secepatnya,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait