Medan ( Warta. In) – Hari Guru Nasional 2025 menjadi momentum yang bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan cermin bagi kita semua untuk menilai kembali posisi guru dalam arus perubahan zaman yang begitu cepat. Dunia pendidikan hari ini tidak lagi bergerak linear; ia berputar dinamis, menuntut adaptasi, inovasi, dan ketangguhan. Namun satu hal tetap tidak berubah: guru adalah fondasi peradaban.
Dalam setiap ruang kelas di negeri ini, guru adalah aktor utama yang membentuk pola pikir, karakter, dan masa depan anak-anak Indonesia. Mereka tidak hanya memindahkan ilmu pengetahuan, tetapi menghidupkan nilai-nilai moral, mengajarkan kepedulian, dan menumbuhkan akhlak yang menjadi benteng generasi muda. Keberhasilan pendidikan karakter, yang hari ini semakin mendesak, sesungguhnya bertumpu pada kualitas hubungan antara guru dan murid.
Perubahan teknologi yang masif seringkali membuat kita terpesona oleh kecerdasan buatan, perangkat digital, dan sistem otomatisasi. Namun refleksi Hari Guru tahun ini mengingatkan bahwa tidak ada inovasi yang dapat menggantikan sentuhan manusia—empati guru, nasihat yang disampaikan dengan hati, dan keteladanan yang tercermin dalam sikap sehari-hari. Di sinilah letak nilai kemanusiaan yang tak tergantikan.
Meski demikian, kita juga tidak bisa menutup mata terhadap berbagai tantangan yang dihadapi para guru saat ini. Administrasi yang menumpuk, tuntutan kurikulum, minimnya fasilitas, serta kondisi sosial siswa yang semakin kompleks membuat beban kerja guru kian berat. Mereka dituntut menjadi pengajar, pembina karakter, konselor, motivator, sekaligus figur stabil bagi siswa yang hidup di tengah tekanan zaman.
Kita perlu berani mengatakan bahwa penghargaan terhadap guru tidak boleh sebatas seremoni. Ia membutuhkan langkah konkret: peningkatan kompetensi yang berkelanjutan, kesejahteraan yang layak, penguatan jejaring profesional, hingga kebijakan pendidikan yang mendukung ruang kreatif para guru dalam mengajar. Kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan Gerakan Pramuka pun menjadi bagian penting untuk memastikan pendidikan karakter tidak sekadar narasi, tetapi benar-benar hadir dalam kehidupan siswa.
Sebagai bagian dari Gerakan Pramuka, saya melihat bahwa nilai-nilai kepanduan—keikhlasan, kedisiplinan, keteguhan hati, dan pengabdian—selalu bertemu dalam sosok guru. Guru-lah yang sejak awal mengajarkan makna tanggung jawab, keberanian mengambil keputusan, dan cinta tanah air. Oleh karena itu, memperkuat peran guru berarti memperkuat masa depan bangsa.
Pada akhirnya, Refleksi Hari Guru Nasional 2025 mengajak kita merenungkan kembali satu pertanyaan mendasar: Apakah kita sudah benar-benar memuliakan guru sebagaimana mereka memuliakan tugasnya? Jika jawabannya belum, maka saatnya kita bergerak bersama. Sebab masa depan Indonesia tidak dibangun oleh gedung-gedung megah, melainkan oleh hati para guru yang terus menyala di ruang-ruang kelas sederhana.
Selamat Hari Guru Nasional 2025.
Semoga guru-guru Indonesia selalu diberi kekuatan, keikhlasan, dan keberkahan dalam setiap langkah pengabdiannya.
Oleh: Selamet Untung Suropati
Andalan Humas Gerakan Pramuka Sumatera Utara






























