INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

32.1 C
Jakarta
Jumat, April 19, 2024

Salaman Rusdi Peneror Hati Muslim Hidupnya Penuh Teror, Kini Livernya Bocor, Matanya Terancam Bolor

Jakarta, Warta.in || Novelis kelahiran India Salman Rushdie dengan karyanya yang berjudul The Satanic Verses (Ayat ayat Setan) nyatanya tak bisa hidup tenang. Novel kontroversiial yang dirilis pada tahun 1998 ini dianggap meneror mental dan spiritual umat Muslim sedunia, menghina umat muslim dan Nabi Muhammad SWT.

Kemarahan umat islam sedunia membuat Rushdie bersembunyi. Lebih dari Tiga Dekade Rushdie hidup menyendiri, rumahnya dilapisi kaca anti peluru dan kamera pengawas.

Kini Rushdie yang berusia 75 tahun ini terbaring lemas tak berdaya. Tubuhnya penuh luka, syaraf tangannya putus, ginjalnya bolong dan matanya terancam buta.

Rushdie baru saja menjalani operasi darurat selama berjam-jam dan kini harus dirawat dengan menggunakan ventilator di rumah sakit setempat. Demikian seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (13/8/2022).

“Kabarnya tidak bagus,” ucap agen buku Rushdie, Andrew Wylie, dalam pernyataan via email.

“Salman kemungkinan akan kehilangan satu mata; saraf-saraf di lengannya terputus; dan livernya tertikam dan terluka,” imbuhnya.

Rushdie diterbangkan ke rumah sakit usai ditikam seorang pria di atas panggung dalam acara yang dihadiri 2.500 orang di New York pada Jumat (12/8) waktu setempat. Serangan terjadi sesaat sebelum pukul 11.00 waktu setempat.

Pelaku penikaman yang diidentifikasi kepolisian setempat sebagai Hadi Matar (24) dari Fairview, New Jersey, telah ditangkap usai melakukan aksinya. Pelaku sengaja membeli tiket acara yang dihadiri Rushdie untuk melancarkan serangannya. Namun motif penikaman ini belum diketahui secara jelas.

Ayat Ayat Setan Picu Aksi Umat Muslim Sedunia

Mengutip dari CNN Indonesia, Novel The Satanic Verses dirilis pertama di Ingris pada tahun 1988. Buku ini menuai kontroversi besar dan memicu amarah umat muslim. Sembilan hari setelahnya India menjadi negara pertama yang melarang beredarnya buku ini.

Negara-negara mayoritas berpenduduk muslim lainnya pun menyusul, seperti Pakistan, Arab Saudi, hingga Afrika Selatan bahkan di Indonesia.

Bahkan ribuan muslim di negara-negara Barat pun turut turun kejalan seperti Inggris. Demonstran muslim di Bradford, Inggris, membakar buku The Satanic Verses di jalanan pada 14 Januari 1989.

Demikianpun kantor penerbit novel tersebut, Viking Penguin, di New York City, menerima tujuh ancaman bom. Sedangkan banyak toko buku lainnya di Inggris benar-benar dibom.

Pada 1991, penerjemah The Satanic Verses versi bahasa Jepang dibunuh. Sementara penerjemah novel ini ke bahasa Italia, terluka parah usai mendapatkan penusukan.

The Satanic Verses karya Salman Rushdie memicu kemarahan besar Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khomeini.

Atas ulah olah Rushdie akhirnya Khomeini mengeluarkan fatwa pada 14 Februari 1989.

Fatwa tersebut berisikan seruan kematian untuk Salman Rushdie dan penerbit novel The Satanic Verses. Hal ini disampaikan Khomeini, dalam siaran di radio kala itu, agar tak ada lagi yang menghina “kepercayaan suci umat Islam”.

Sementara itu, Rushdie membantah bahwa The Satanic Verses adalah penghinaan terhadap Islam. Namun ia mengeluarkan pernyataan yang juga kontroversial.

“Banyak muslim di dunia benar-benar emosi dengan penerbitan novel saya. Saya sangat menyesalkan kesusahan yang ditimbulkan dari publikasi ini kepada para pengikut Islam yang tulus,” kata Rushdie.

Pernyataan Rushdie dan pemintaan maaf penulis itu ditolak oleh Khomeini yang kemudian menyerukan “eksekusi” terhadap novelis tersebut.

Akibatnya Salman Rushdie pun bersembunyi hampir tiga dekade. Insider menyebut novelis ini menutup dirinya di rumah yang dilengkapi kaca antipeluru dan kamera pengaman.

Bukan hanya itu, Salman Rushdie selama bertahun-tahun mendapatkan ancaman pembunuhan tak henti serta harus menyewa penjaga bila bepergian.

Namun ancaman pembunuhan terhadap Salman Rushdie belum jua berakhir hingga memasuki 2010-an. Pada 2012, sebuah lembaga keagamaan di Iran menjanjikan hadiah US$3,3 juta untuk kepala Salman Rushdie.

Pada 2019, lewat kicauan di Twitter yang kini telah tiada, pemimpin Iran saat ini, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menyebut fatwa pendahulunya itu “tidak dapat dibatalkan”.

Latest news
Related news