Pandeglang | wartain Banten | 27 Februari 2025 – Sejak beberapa tahun terakhir, nelayan di wilayah Banten melaporkan penurunan signifikan dalam jumlah tangkapan ikan. Mereka menyebutkan bahwa dahulu, perairan Laut Selatan Banten masih kaya akan berbagai jenis ikan, namun saat ini hanya beberapa spesies yang masih dapat ditemukan. Penyebab utama yang dianggap berkontribusi terhadap penurunan populasi ikan adalah perubahan iklim, kerusakan terumbu karang, serta praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, termasuk penggunaan alat tangkap yang merusak ekosistem laut.
Banyak nelayan Banten yang mengeluhkan bahwa dulu mereka bisa melaut dekat pantai dan pulang dengan membawa hasil yang cukup, sekarang harus pergi lebih jauh, namun hasilnya tetap tidak pasti.
Fenomena ini semakin mengkhawatirkan. Hasil penelitian “Trends in Marine Resources and Fisheries Management in Indonesia in 2022” yang dilakukan oleh World Research Institute, ditemukan bahwa lebih dari 50% dari populasi ikan liar di Indonesia mengalami overfishing. Hal ini tidak hanya berdampak pada generasi saat ini, tetapi juga generasi mendatang. Jika tidak ditangani dengan tepat, diperkirakan pada tahun 2050, populasi ikan konsumsi akan runtuh. Artinya, generasi mendatang akan mengalami kesulitan mendapatkan ikan sebagai sumber pangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2023 tentan Penangkapan Ikan Terukur adalah penangkapan ikan yang terkendali dan proporsional, dilakukan di zona penangkapan ikan terukur, berdasarkan kuota penangkapan ikan dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta pemerataan pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, kerusakan ekosistem laut akibat aktivitas reklamasi pesisir dan pengambilan pasir laut yang tidak terkontrol juga semakin memperburuk kondisi. Masyarakat pesisir Banten merasa semakin terjepit antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian alam yang semakin terancam.
Pemerintah Provinsi Banten bersama organisasi lingkungan hidup telah berusaha merumuskan langkah-langkah mitigasi untuk menangani masalah ini, termasuk peningkatan pengawasan terhadap praktik penangkapan ikan yang merusak dan upaya rehabilitasi terumbu karang. Namun, upaya tersebut dirasa belum cukup efektif karena keterbatasan anggaran dan belum adanya kerja sama yang solid antara pemerintah daerah, nelayan, dan sektor swasta.
Dalam menghadapi situasi ini, kekompakan dan kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah menjadi kunci utama untuk menjaga kelestarian Laut Selatan Banten. Jika tidak ditangani dengan serius, nasib nelayan di Banten bisa menjadi semakin sulit, dan kehidupan mereka yang bergantung pada laut bisa terancam punah.(Wartain Banten)