INDONESIAN JOURNALIST WRITE THE TRUTH

26.5 C
Jakarta
Senin, Desember 9, 2024

Perilaku Agresif Verbal di Media Sosial

Warta In | Palembang – Media sosial telah menjadi media pilihan di seluruh dunia dan memengaruhi perilaku konsumen. Melalui media sosial informasi otentik dari seluruh dunia dapat diterima kapan saja
tanpa batasan waktu.
Berbagai peristiwa yang terjadi di media sosial, seperti:
1. Perundungan di dunia maya (Cyber bullying) seperti komentar jahat, mempermalukan seseorang, menyebarkan fitnah, atau ancaman.

2. Bandwagon effect
Fenomena ketika seorang netizen berkomentar terhadap sesuatu di media sosial, dan kemudian hal ini dilakukan juga oleh netizen yang lain.

3. Konten bernuansa negatif dan Penyebaran Hoax
Minimnya edukasi bermedia sosial menjadi faktor utama konten bernuansa negatif menjadi hal biasa di jejaring sosial.

4. Konflik Masalah Pribadi
Tindakan merasa kecewa dengan kondisi hidup dan membutuhkan sesuatu untuk melampiaskannya. Namun, ada juga yang hanya sekedar mencari sensasi semata.

Akan tetapi seiring berkembangnya teknologi, tindakan hujat-menghujat ini menjadi semakin marak dan berkembang di media sosial. Ya, media sosial kini sudah menjadi media yang umum digunakan seseorang untuk mencari informasi maupun menyebarkan informasi. Kemudahan itulah yang akhirnya membuat banyak penggunanya untuk saling menghujat, ejek mengejek, membuka semua permasalahan, dan setiap ada permasalahan dituangkan ke media sosial dengan tujuan mencari simpatisan berupa like, share, and koment.

Banyak individu yang memberikan hujatan dengan kedok mengkritik. Berdalih menyampaikan suatu pesan untuk memperbaiki sesuatu yang dianggap salah dari individu yang dikritik.

Sayangnya, hal yang disebut kritik tersebut bahkan sudah tidak dapat dianggap membangun dan cenderung mengarah terhadap penghinaan. Jadi, apa esensi dari kritik tersebut? Apakah mungkin hanya untuk sensasi pribadi semata? Selain itu, komentar negatif berupa hujatan juga mudah mempengaruhi pikiran individu lain yang membacanya. Sehingga timbulah fenomena “ikut-ikutan” yang menyebabkan banyaknya warganet tergiring untuk ikut melemparkan komentar negatif. Sekadar untuk mendapat banyak dukungan, terlihat keren, atau mengikuti tren, tanpa mengetahui apa yang terjadi dan inti permasalahannya.

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran lebih bagi para warganet dalam menyaring ujaran yang ingin diungkapkan. Ikut memikirkan dampak yang akan diterima bagi diri sendiri maupun orang yang menerimanya. Warganet dapat mengunggah ungkapan yang dirasa bermanfaat dan menghapus ungkapan yang dirasa dapat menimbulkan kondisi negatif. Pintar dalam menyerap suatu opini juga sangat penting, agar ujaran kebencian kedepannya tidak menjadi sebuah tren dan bisa diminimalisir.

Penulis : Muhamad Afdoli Ramadoni, S.Sos., M.Sos
Dosen Universitas Muhammadiyah Palembang
Ketua Unit Penjaminan Mutu FAI UM Palembang

Latest news
Related news