Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki menggelar webinar internasional bertema “Islam in Turkey and Indonesia’s Experiences: Similarity, Proximity toward Ummah Unity”, Sabtu (27/2).
Diikuti lebih dari 300 peserta dari 22 negara, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa Indonesia dan Turki telah menampilkan wajah Islam moderat.
“Karena kita melihat peranan Islam dan pendidikan di Turki ini adalah kelanjutan yang saya lihat sebagai transformasi tradisi Islam,” tuturnya.
Turki dan Indonesia menurut Abdul Mu’ti memiliki kesamaan cara pandang dalam memandang hubungan antara Islam dan negara.
Indonesia dan Turki tidak dianggap sebagai negara Islam, tetapi negara dengan mayoritas pengamal agama Islam. Islam pun dalam dua negara ini tampil harmonis dengan ciri moderasi atau wasathiyah.
“Saya pikir ketika kita bicara Islam wasathiyah, itu bisa ditransformasikan secara empirik dan historis pada dua negara dengan sangat dinamis dengan masyarakat yang sangat pluralistik untuk saling belajar satu sama lain antara Indonesia dan Turki,” ungkapnya.
Menampilkan komitmen Indonesia terhadap Wasathiyah, Abdul Mu’ti menyampaikan tujuh butir hasil pertemuan tingkat tinggi 100 ulama dunia dalam Bogor Message tahun 2018.
“Indonesia mungkin adalah negara terjauh dari pusat Islam di Saudi Arabia, tapi berusaha menampilkan Islam sebagai pemangku pluralitas dan nilai-nilai peradaban,” imbuhnya.
Dengan adanya dokumen Bogor Message, Indonesia telah menunjukkan komitmen bahwa umat muslim Indonesia memandang bernegara adalah bagian dari bentuk ketakwaan.
Perbedaan yang ditemukan dengan berbagai komunitas agama dan budaya berbeda adalah alat untuk saling mengenal dan saling menghargai sebagaimana termaktub dalam Surat Al Hujurat ayat 13.