31 C
Jakarta
Minggu, Februari 23, 2025
spot_img

Wartawan Investigasi

Pencari Bukti Yang Tersembunyi

Munculnya Generasi Strawberry: Fenomena Sosial yang Patut Diperhatikan

Tangerang Selatan, Banten,11 Pebruari 2025. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia sosial kerap digemparkan dengan sebutan “Generasi Strawberry,” suatu sebutan yang membidik kawula muda yang dipandang mempunyai “resiliensi” dan emosional yang cengeng. Fenomena ini mulai timbul akibat reaksi atas akselerasi bidang teknologi, gaya hidup, dan pola pendidikan yang semakin beralih. Generasi ini kerap dipandang semacam generasi yang gampang takluk, lemah, dan condong menjauhi konfrontasi.

Generasi Strawberry yakni istilah yang dipakai untuk menjelaskan kawula muda yang dipandang tak mempunyai kekuatan mental saat bertemu masalah dan beban hidup, persis dengan buah stroberi yang gampang rusak. Generasi ini dipandang mempunyai “mindset” instan dan condong memilih ketenangan, terlebih apabila itu berarti menjauhi konfrontasi dan hambatan.

Fenomena ini bukan timbul sekonyong-konyong, justru diakibatkan oleh bermacam faktor yang saling terhubung. Diantaranya faktor utama yakni kemajuan teknologi yang memungkinkan semua hal makin cepat dan gampang diraih, sehingga generasi muda condong sudah biasa dengan rasa nyaman dengan tingkat kesukaran makin minim.

Disamping itu, peran ayah ibu yang over protektif terhadap anak-anaknya ikut berperan. Banyaknya ayah ibu yang condong menjauhkan putra-putri mereka dari rasa kecewa ataupun kegagalan, yang pada akhirnya menentukan kecakapan anak-anaknya untuk mengatasi persoalan dalam hidup ini.

Untuk mengurangi fenomena ini, perlu untuk mengajarkan pendidikan karakter yang membentuk kekuatan mental dan keahlian dalam menyelesaikan kesukaran. Mewariskan generasi muda agar makin mandiri dan bertemupersoalan secara langsung merupakan kunci untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada kenyamanan.

Disamping itu, ayah ibu dan pendidik penting menanamkan nilai-nilai kerja keras dan ketekunan, serta memberi ruang bagi anak-anak untuk merasakan kegagalan dan belajar darinya.(red)

Iskandar Z Sitanggang
Iskandar Z Sitanggang
Pakar Bisnis, Pendidikan dan Hukum