Wartain Banten | UKM / UMKM | 31 Mei 2025 — Madu hutan Badui, yang dipanen langsung oleh masyarakat Suku Badui dengan cara tradisional untuk menjaga kelestarian alam, menjadi simbol harmoni antara manusia dan lingkungan di balik lebatnya hutan wilayah pedalaman Banten.
Suku Badui memiliki cara unik untuk mengelola sumber daya alam. Mereka terkenal karena mempertahankan adat dan tidak terpengaruh oleh modernisasi. Makanan ini berasal dari lebah hutan liar (Apis dorsata), yang dapat dipanen tanpa merusak sarangnya. Prinsip “ambil seperlunya, sisakan untuk alam”, sebuah filosofi turun-temurun, menggambarkan proses ini.
Madu Badui kini mulai dikenal di luar Banten karena cita rasanya yang unik dan kandungan alaminya yang tinggi. Beberapa komunitas dan pelaku usaha lokal membantu memasarkannya sebagai produk unggulan yang didasarkan pada kearifan lokal. Namun, distribusinya tetap diawasi agar tidak mengganggu kehidupan masyarakat Badui.
“Lebih dari sekedar produk; madu Badui adalah gambaran dari prinsip-prinsip kehidupan yang menyertakan alam dalam diri manusia.,” ujar Aidil, akademisi Universitas Pamulang
Pemerintah Provinsi Banten mulai mempertimbangkan kemungkinan madu Badui sebagai produk unggulan lokal yang dapat meningkatkan ekonomi lokal sambil tetap mempertahankan kearifan lokal yang dijaga oleh masyarakat adat.
Madu Badui tidak hanya enak di lidah, tetapi juga memiliki makna yang dalam: bahwa menghargai dan menjaga keseimbangan alam adalah satu-satunya cara untuk mencapai keberlanjutan.(WartainBanten)