26.7 C
Jakarta
Kamis, November 13, 2025

Wartawan Investigasi

Pencari Bukti Yang Tersembunyi

Budaya Kulababong Wujudkan Etika Dialog Dalam Masyarakat

Kupang _Selasa 04 November 2025_Warta.in

Mahasiswa Asal Kab.Sikka.Denis Lelo, Menyebut Budaya Kulababong di Sikka bukan hanya sekadar cara berbicara, tetapi juga cerminan cara hidup yang penuh makna. Kulababong berarti berbicara untuk mencari solusi — bukan untuk menjatuhkan, membantah, atau menunjukkan siapa yang paling benar. Ungkapnya ,Pada Selasa 04 November 2025 .

Di dalamnya terkandung nilai luhur tentang saling menghormati, mendengarkan dengan hati, dan menggunakan akal sehat dalam berdialog.

Sehubungan dengan ini maka ,Sebagaimana pesan leluhur yang dikatakan dalam ungkapan “Ganu Ata gete nulun tutur” Bahwa budaya dialog ini mengajarkan bahwa setiap perkataan harus lahir dari kebijaksanaan. Pembicaraan ini Dilontarkan dengan penuh makna dalam berbagai pertimbangan, bukan dengan emosi. Ungkapnya .

Karena itu, ada pula satu kata yang berbunyi “Ata Tutur Ita diri” yang artinya”orang omong kita dengar” Denga Secara tidak langsung kita diajak untuk memberi ruang bagi orang lain menyampaikan pendapatnya — tanda bahwa kita menghargai dan menghormati sesama.

Lanjut daripada itu salah satu Nilai “Naruk Tabe telan” mengandung makna yang sangat dalam — yaitu saling menghargai antara orang tua dan anak muda, antara sesama manusia tanpa memandang siapa dia.

Dalam dialog Kulababong, semua duduk sejajar, tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah. Itulah bentuk nyata dari penghormatan terhadap martabat setiap orang. Selain itu, “Tutur nahan pake otek” (omong harus pakai otak) mengingatkan kita bahwa berbicara harus dengan pikiran yang jernih, bukan dengan amarah atau rasa iri hati.
“Tutur naha doi²
Harang naha mawe²”
Omong dengan santun dan berdialog dengan santun

Sementara “Diri rena nahan molo molo” Menyatakan bahwa,Harus Dengan benar-benar. mengajarkan pentingnya mendengarkan dengan sepenuh hati, bukan hanya mendengar untuk membalas, tetapi untuk memahami.

Pepatah “Lopa aning biti neti naruk goit kesa ata meang huja ita tutur tala mai poi Artinya” memperingatkan kita agar tidak mudah terpengaruh oleh kabar yang belum pasti kebenarannya. Banyak masalah yang muncul karena orang berbicara tanpa bukti, atau karena iri hati yang menutupi kebenaran(Gosib) Maka dari itu, dalam semangat Kulababong, setiap kata harus mengandung kejujuran dan niat baik.
Akhirnya, “Naruk gete dadi kesik, naruk dadi potat” (masalah besar jadi kecil, masalah kecil jadi hilang) menjadi simbol bahwa melalui dialog yang saling menghargai, semua masalah dapat diselesaikan dengan damai. Inilah makna terdalam dari Kulababong — bukan sekadar berbicara, tetapi menyatukan hati dan pikiran untuk membangun keharmonisan bersama.
Budaya Kulababong perlu terus dijaga dan diprioritaskan, karena di dalamnya terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang sangat tinggi. Tegasnya

Dengan menghidupkan kembali semangat saling menghormati dan menghargai , masyarakat Sikka dapat terus hidup dalam kebersamaan, kedamaian, dan keutuhan budaya yang membanggakan.

Berita Terkait